Translate

Friday, June 7, 2013

Remuk Jantungku
 

Pelan ku buka mataku, terasa berat tapi ku coba untuk membukanya kembali. ku lihat sekeliling ruangan bercat putih. Ku edarkan pandanganku. Disana di pojok ruangan ada sebuah sofa, seseorang tidur diatasnya. Dengan sedikit agak pening ku perhatikan siapa yang ada disana, ooh… ternyata kekasihku, Roby. Aku tersenyum bahagia.
“Roby...” panggilku lirih.
Dia terbangun, dan tersenyu...m lalu menghampiriku.
“kamu udah sadar Sha?” tanyanya sambil memegang tanganku.
“Hmmm…. iya , kita dimana ?” tanyaku pelan.
“kita di rumah sakit Sha, kamu gak inget ya? 3 hari lalu kamu kan kecelakaan.” Roby menjelaskan.
Aaah… kepalaku tiba-tiba pening karena berusaha untuk mengingat kejadian 3 hari yang lalu.
“ kamu kenapa..?” Roby masih memegang tanganku.
“aku nggak apa-apa, cuma sedikit agak pening”. Kataku dan aku mulai teringat, tiga hari lalu, dimana rem mobil ku blong dan aku ingat, aku menabrak pohon yang ada di pinggir jalan. Setelah itu aku tak tahu lagi. Sampai akhirnya ku dapati diriku disini terbaring dan Roby diatas sofa.
“By, aku mau ke kamar mandi,” kataku sambil mencoba mengangkat kaki ku, tapi mengapa terasa sakit.
“aawww..aduuh” teriakku.
“kamu kenapa Sha?” tanya Roby.
“gak tau nih By, kaki ku sakit banget kalo di gerakin” jawabku meringis menahan sakit.
“ya udah, bentar ya Sha, aku panggilin dokter dulu”
Roby kembali bersama seorang dokter. Dokter muda itu langsung memeriksa ku, mengangguk pelan setelah itu keluar dan diikuti oleh Roby. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan diluar sana. Roby kembali dengan wajah tersenyum namun seperti sedikit sedih. Aku jadi penasaran, apa yang terjadi dengan diriku saat ini.
“Aku kenapa By?” tanyaku.
“Hmm.. gak papa kok Sha, kamu baik-baik aja, tapi...” omongan Roby terputus.
“tapi apa By?” tanyaku penasaran.
“kata dokter, tulang kaki kanan kamu ada yang retak Sha. Tapi tenang aja kok Sha, itu cuma sementara, yang penting kamu jangan putus asa.” Roby menjelaskan.
Aku tak menjawab apa-apa. Rasanya ingin menangis saja.
“Aku akan selalu ada buat kamu Sha.” Roby berkata seakan tahu apa yang aku pikirkan.
“Terima kasih ya By” jawabku berusaha tersenyum sambil menahan tangis.
“nah gitu dong, senyum kan jadi tambah manis.” Kata Roby sambil mengacak-ngacak poni ku.
“ih apaan si By...” aku tersenyum manja.
Bersama roby membuat hari-hari ku tak terasa sepi, seperti sore ini Roby selalu mengajakku berkeliling di taman rumah sakit menggunakan kursi roda. Aku senang Roby selalu ada di sampingku.
“By, rasanya aku pengen deh belajar jalan, gak usah pake kursi roda ini lagi.” Kataku sore itu.
“Hmm…memang kamu sudah merasa kuat untuk melakukannya? Tanya Roby.
“ Aku harus mencobanya By dan aku harus kuat, lagipula ada kamu yang membantuku.” Katamu tersenyum manis kearahnya.
“ Ya udah, besok aku ajarin kamu, oke?” Kata Roby, sambil terus mendorong kursi rodaku. Tepat di tengah-tengah taman kami berhenti sejenak, kami menikmati pemandangan dan lalu lalang orang-orang di sekitar taman.
“By, makasih ya, kamu selalu ada buat aku”
“iya Sha, itu karena aku sayang banget sama kamu, aku gak akan biarin kamu sendiri Sha, aku gak mau kehilangan kamu” jawabnya.
“aku juga gak mau kehilangan kamu By”
Lama tak ada jawaban.
“By…? Tanyaku kembali, tapi Roby tak menjawab, dia diam saja. Ku palingkan wajahku ke belakang, dan ku lihat Roby terduduk di tanah memegang kepalanya, seperti merasakan sakit yang amat sangat, wajahnya pucat sekali, berkali-kali aku bertanya, dia hanya menjawab tidak apa-apa. Aku begitu khawatir melihatnya.
“By… kamu kenapa?” tanyaku lagi.
“aku nggak apa-apa Sha, mungkin karena belum makan aja kali. lebih baik kita kembali saja ke ruangan kamu ya..” Kata Roby s
Aku mengangguk pelan.
“Iya..By kita balik aja ke ruanganku, tapi nanti kamu makan ya? Aku nggak mau kamu sakit.” Kataku khawatir.
“iya putri poni cerewet, udah tenang aja, aku baik-baik aja kok” jawab Roby sambil menarik hidungku.
“Huuhhhh!!” jawabku sedikit kesal.
Roby pun mendorong kursi rodaku. Aku merasakan Roby mendorongku lebih lambat dari biasanya, tapi aku diam saja, aku mengerti mungkin dia lelah selalu menemaniku.
Sesampainya di ruangan ternyata dokter sudah menunggu.
“Heey Nona…dari mana kamu? Kamu nggak sadar kalau kamu masih sakit” kata dokter yang merawatku sambil pasang muka pura-pura kesal. Berada disana beberapa minggu membuatku jadi akrab dengannya.
“Hehehe... biasa dok, Mosha abis keliling-keliling sore bareng Roby” jawabku nyengir sambil melirik Roby yang ada disebelahku.
Roby dengan hati-hati mengangkatku dari kursi roda, lalu membaringkan ku diatas tempat tidur, setelah itu dia berpamitan kepadaku untuk membeli makanan sebentar.
Dokter memeriksa ku, dan dia tersenyum.
“Hmm.. kayaknya Nona manis yang ngeselin ini sebentar lagi keluar dari rumah sakit ini” ledek dokter.
“Mosha udah sembuh ya Dok ?” tanyaku.
“Sembuh total sih belum, tapi 2 hari lagi kamu boleh di rawat di rumah, keadaan kamu sudah mulai membaik” jelas dokter.
“ Beneran dok?? Kataku tak percaya. Dokter itu tersenyum
“ yeess…! Akhirnya, aku bisa pulang juga” seru ku gembira.
“Hm… baiklah nona Mosha , Dokter yang ganteng ini mau ke ruangan yang lain dulu. Jangan lupa di minum ya obatnya.” Dokter itu menaikkan alisnya dan tersenyum manis kearahku.
“Pasti dok, terima kasih ya” jawabku.
Dokter itu beranjak keluar ruangan dan berpapasan dengan Roby yang kembali dengan membawa bungkusan, Roby membalas senyumannya sambil mengangguk.
Hmm… dari aromanya aku sudah tahu. Itu pasti nasi padang, makanan kesukaan ku dan Roby.
“sini..sini By, nasi padang ya?” kataku semangat.
“ih.. kok tau sih Sha”
“Ya tau lah, dari aromanya saja sudah bikin aku lapar, itukan makanan kesukaan ku” jelasku.
“ Ooo…jadi ceritanya mau nih”
“hehehe.. iya” jawabku sambil menganggukan kepala.
“ Nggak boleh dong Sha, kamu kan lagi sakit” kata Roby.
“ yaaa…dikit aja By…yayaya... ” pintaku.
“gak boleh” jawabnya sambil menjulurkan lidah.
“By…sedikiii.iit aja “ rengek ku.
Roby memberikan satu suapan kearah ku. Dan langsung menghabiskannya sambil sesekali menggodaku. Aku cemberut melihatnya, kemudian dia mengambil tas dan mengeluarkan beberapa obat dari dalamnya. Aku penasaran
“obat apa itu By?” tanyaku.
“oh i.. i.. ini vitamin Sha” jawabnya terbata-bata.
“vitamin? Vitamin apa sebanyak itu” tanyaku dalam hati.
Roby tidak menjawab dia langsung membereskan tasnya dan menaruhnya kembali keatas sofa.
“ By… aku ngantuk, aku mau tidur.” Kataku sambil mengucek mataku dan sedikit menguap.
“Ya sudah tidur lah, mimpi indah ya” kata Roby sambil menarik selimutku.
Pagi itu saat aku terbangun, Roby langsung mengajakku ke taman untuk menikmati suasana pagi, dan ku lihat Roby membawa gitar. Kami langsung duduk di tempat biasa, ia memainkan gitarnya sambil bernyanyi di depanku.
“dia, memang hanya dia,Ku slalu memikirkannya,Tak pernah ada habisnya, benar dia, benar hanya dia, benar hanya dia, ku slalu menginginkannya, belaian dari tangannya, mungkin hanya dia, indahnya sangat berbeda ku haus merindukan nya... ku ingin kau tau isi hatiku, kau lah yang terakhir dalam hidupku, tak ada yang lain hanya kamu, tak pernah ada... takkan pernah ada..”
Hmm... Aku menikmatinya, suara Roby memang bagus.
“Wow… By, lagunya bagus banget” pujiku sambil mengangkat ibu jariku.
“iya dong Sha, lagu ini khusus ku nyanyikan buat kamu, putri poniku.” Jawabnya.
“terima makasih ya By”
“iya, sama-sama Sha” jawab nya singkat dan tersenyum kearahku.
“oh iya By, katanya kamu mau ngajarin aku jalan?”
“o..iya..ayo Sha” jawabnya.
Robi meraih tanganku, menopang badanku dan membantuku untuk bangkit perlahan.
Berkali-kali aku mencoba berjalan, baru satu dua langkah aku sudah terjatuh, untung Roby selalu menangkap ku dan terus menyemangati ku. Walaupun kakiku masih sakit untuk berjalan,tapi aku tidak mau membuat Roby khawatir.
“kamu yakin Sha, mau terus belajar jalan? Keadaan kamu kan belum pulih benar?” tanya Roby.
“ Aku yakin..” jawabku menyemangati diriku sendiri juga Roby.
Untuk ke sekian kalinya aku terjatuh, lagi-lagi aku di tangkap oleh Roby, kali ini aku perhatikan wajahnya, pucat sekali. Aku pun langsung mengajaknya ke ruangan ku, agar dia istirahat. Dia mendorong kursi rodaku pelan sekali. Sesekali aku menengok ke arahnya, ku lihat beberapa kali ia memegang kepalanya, mungkin kepalanya sakit. Lalu tiba-tiba saat di lorong rumah sakit kami berherti. Aku tanya dia kenapa, tapi dia hanya menjawab “tenang Sha, aku cuma sakit kepala biasa kok. Roby mencoba menenangkan ku. tapi tetap saja aku khawatir.
Sampai di ruanganku, Roby langsung mengangkatku perlahan dan merebahkan ku di tempat tidur, lalu membuka tas dan segera meminum obat-obatan yang dia bilang vitamin. Aku jadi penasaran, aku ingin sekali tahu obat-obatan apa itu. Bagaimana caranya agar aku bisa melihat obat-obatan apa yang diminumnya setiap hari.
Akhirnya pada suatu hari setelah jalan-jalan soreku bersama Roby, aku punya kesempatan meminta tolong Roby untuk membelikan ku cemilan di luar, tanpa curiga Roby meninggalkan ruangan ku. Pelan-pelan aku berjalan dengan meraba-raba tembok, ku ambil tasnya lalu ku lihat isinya. Di dalamnya ada banyak obat-obatan, dari yang kapsul, tablet, sampai yang sirup. Lalu aku melihat ada surat dokter dan juga hasil rongent nya. Ku buka dan ku baca. Di kertas itu tertulis bahwa Roby menderita kanker otak stadium akhir, waktunya untuk hidup tidak akan lama lagi. Seperti ada yang meremukkan jantungku. Aku lemas, tapi masih bisa ku tahan berdiriku. Satu lagi ku lihat rongent nya, belum sempat ku terjemahkan hasil rongetnya pintu ruangan ku di buka dari luar, aku terkejut kusembunyikan apa yang ku pegang. Tubuh Roby terlihat dipintu tapi saat ingin masuk ke ruangan ku tiba-tiba Roby memegang kepalanya dan terjatuh, hasil rongent ditanganku terlepas, tanpa sadar aku melangkahkan kaki ku ke arahnya. Aku panik, ku dekap tubuhnya dan memangku kepalanya, dan darah keluar dari hidung mancungnya. Roby menatapku nanar. Wajahnya pucat pasi.
“Maafkan aku sha….” Desah Roby lirih.
“ Roby…kamu kenapa?” tanyaku gemetar.
Roby masih menatapku lemah tanpa kata. Ku letakkan tubuh Roby di lantai dan entah kekuatan darimana akupun langsung berlari mencari dokter. Dokter langsung membawanya ke ruangan ICU. Aku hanya bisa terduduk diam di depan pintu ruang ICU. Aku sangat mengkhawatirkan keadaan nya. Tak terasa air mata membasahi pipiku, aku menangis ada rasa takut kehilangan dia.
“Tuhan, Mosha mohon, selamatkan Roby. Dia adalah orang yang berharga dalam hidup Mosha.” tak henti-hentinya aku berdoa untuk keselamatan Roby.
Satu jam, dua jam,tiga jam….. ruang ICU itu belum juga terbuka, beberapa perawat masuk kedalammya. Aku semakin khawatir. Air mataku mengering menunggu kabar.
“Roby…” lirih ku sebut namanya.
Seorang dokter lagi masuk keruangan itu, dan tak lama kemudian keluar. Akupun langsung menghampirinya. Aku tanya keadaan Roby.
Belum sempat dokter menjawabku, ku lihat orang tua Roby berlari kearah ruang ICU, ibunda Roby terlihat habis menangis. Dia memandangku dan langsung memelukku.
Ayah Roby yang terlihat tegar menanyakan apa yang terjadi. Tak ku lepas pandanganku dari mereka. Ku lihat ayah Roby menunduk lalu memandang bunda. Seperti tahu apa yang terjadi bunda berlari kedalam pelukan ayah lalu menangis.
Aku menangis lagi, karena bukan kabar baik yang aku dengar, malah sebaliknya. Roby telah pergi dariku untuk selamanya dan takkan pernah kembali lagi.
Tubuh Roby dibawa keluar dari ruangan ICU dengan ditutupi kain putih. Ku kuatkan diriku dan menghampirinya, perlahan ku buka kain putih itu. Kekasihku terbujur kaku dengan muka terlihat pucat, aku tak percaya ini semua terjadi. Aku tak percaya Roby sudah tidak ada. Aku memeluknya erat. Tangisku membasahi kain putih penutup tubuhnya. Lirih aku berkata:
“By, bangun… By, kamu sudah janji kamu akan selalu ada buat aku, tapi ternyata kamu bohong , kamu pembohong!! kenapa sih kamu gak pernah bilang sama aku kalo kamu itu punya penyakit kanker otak? Kenpa By? Kamu jahat!” kamu tinggalin aku sendiri.
Bunda melepaskan pelukanku, dia memelukku erat. Tubuh itu dibawa keruang lain untuk diperiksa,
Aku terduduk dalam diam bersama bunda
“ya Tuhan, Secepat itu engkau panggil dia, aku ingin dia kembali.” Hati ku menjerit.
“Roby kekasihku.
Kini aku hanya bisa mengenangmu,
tanpa bisa lagi melihat senyuman mu,
tanpa bisa lagi mendengar canda mu,
tanpa bisa lagi menikmati suara indahmu/
kamu sekarang tlah pergi untuk selamanya.
Seandainya kamu tau By, aku akan terus sayang padamu
Aku akan terus cinta sama kamu, sampai kapanpun kamu akan tetap di hati aku…By.
Aku menangis teringat lagu indah untukku.
“ Karena kamu nyawaku, karena kamu nafasku, karena kamu jantungku, karena kamu.. tanpa kamu ku lemah, tanpa kamu ku resah, tanpa kamu ku gundah, tanpa kamu.. rapuh hidupku, REMUK JANTUNG KU”

-------------------------- Tamat -----------------------

No comments:

Post a Comment