LUMPUHKAN INGATANKU
Tatapan ku kosong. Sudah seminggu kepergian Dika kekasihku. Perpisahan
yang tak pernah ku bayangkan, perpisahan yang sangat menyakitkan.
Saat itu tepat dihari ulang tahunku, dia mengajak ku ke sebuah bukit,
angin banyak yang berhembus, ilalang dimana-mana, capung-capung pun
berterbangan. Aku dan Dika duduk di puncak bukit. ku dekap lengannya
sambil kepalaku ku ...tadahkan kebahunya.
“entah kenapa aku ngerasa nyaman banget kalo ada di deket kamu.” Aku memecah keheningan.
“hmm.. iya hati aku juga tenang banget kalo kamu, Momohime (dalam
bahasa jepang artinya Putri Momo)” sahutnya sambil menyubit hidungku.
“ih kebiasaan deh, kamu jahil banget!” kataku kesal.
Aku mencoba memukulnya, tapi dia sudah lari duluan.
“hahaha.. gak kena, gak kena” katanya sambil menjulurkan lidah kearahku.
“awas kamu ya.” Kataku sambil mengejarnya.
Aku yang kelelahan pun akhirnya menyerah dan berbaring di antara
ilalang. Dika pun mengikutiku, dia berbaring di sebelahku. Aku langsung
memalingkan wajah ku darinya.
“ciye.. ngambek ya. Maaf deh” katanya memohon.
Aku diam saja aku berpura-pura marah. Dia lalu berpindah posisi di depanku
“hey, hey, kalo marah cantiknya ilang loh” godanya
Aku tak bisa menahan tawa pun akhirnya tersenyum.
“hmm.. oke, kalo kamu mau aku maafin, kamu harus gendong aku sampe mobil” tantangku
“hmm.. gimana ya?” jawabnya.
“ya kalo gak mau sih gak papa” kataku sambil berdiri lalu berjalan meninggalkan nya.
Ia pun langsung berlari kearahku dan menghadang ku.
“oke deh, oke ayo aku gendong” katanya, lalu mengambil posisi jongkok siap menggendongku.
“hehehe..” aku hanya tertawa lalu akupun digendongnya. Tangan ku melingkar di antara lehernya.
Seminggu kemudian dia mengajakku bertemu di bukit yang sama. Katanya
ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan ku. Tepat di waktu yang telah
di janjikan akupun langsung datang kesana. Sesampainya disana, ternyata
dia hanya berdiri di sebelah mobinya.
“hay Dik, kenapa kamu ngajak
aku ketemuan? Katanya kamu mau ngomong penting?” tanyaku. Awalnya aku
berfikir dia akan melamarku. Dari gerak-geriknya dia terlihat sedang
gelisah.
“hmm.. e.. gini mo. Aku rasa kita udahin aja deh semua ini” katanya ragu.
“ma.. maksud kamu apa dik? Aku gak ngerti.” Tanyaku bingung.
“kita udah gak cocok Mo. Kita putus aja ya?” jawabnya sambil menatap mataku.
“gak.. gak mungkin. Kamu bercanda kan dik? Kamu Bohongkan?!” tanyaku tak percaya.
Sebelum dia menjawab pertanyaan ku, tiba-tiba ada seorang gadis yang keluar dari mobil lalu langsung berdiri di sebelah dika.
“dia siapa Dik?” tanyaku penasaran. Fikiranku semakin kacau.
“dia tunangan aku, melda. Maaf aku gak pernah bilang sama kamu” jawabnya.
“jadi selama ini kamu...” omongan ku terputus.
“iya Mo, maaf selama ini aku udah bohongin kamu” jawabnya dengan raut wajah menyesal.
“kamu gak bisa gini sama aku Dik. Aku sayang banget sama kamu. Jadi
hubungan kita selama 3 tahun ini kamu anggep apa?!” kataku. Mataku
berkaca-kaca.
“maaf Mo, kalo aku udah nyakitin kamu. Kamu pasti bisa lupain aku dan dapet pengganti aku.” Katanya.
“hmm.. o iya, minggu depan aku sama dia bakalan tunangan. Jadi aku
harap kamu bisa cepat lupain aku”lalu memasuki mobil dan pergi
menilnggalkan aku.
Hatiku hancur, mataku yang sedari tadi menahan air mata, kini tidak dapat terbendung lagi. Aku putus asa, aku kecewa.
“dimana janji-janji kamu yang dulu Dik? Dimana kata-kata cinta kamu? Dimana hati kamu Dika?!” kataku sambi menagis.
Setelah hari itu, kesehatanku menurun. Akhirnya aku pergi kedokter
bersama Mama. Saat ingin menebus obat di apotik, aku bertemu dengan
tunangan nya dika.
“eh, kamu Melda kan tunangan nya dika?” tanyaku.
Dia sempat menghindar dan ingin pergi dariku.
“tunggu dulu mel” larangku sambil menggenggam tangan nya.
Aku dan dia duduk di kursi antrian apotik.
“selamet ya, sebentar lagi kalian mau tunangan. Aku harap kalian
bahagia. Walaupun aku sakit banget pas ditinggalin dika, tapi aku
bahagia kok kalo dika bahagia.” Kataku membuka percakapan.
“emm.. tapi...” kata-katanya terputus.
“o iya kamu ngapain disini? Siapa yang sakit?” tanyaku penasaran.
“dika yang sakit. Udah 4 hari ini dirawat dirumah sakit” jawabnya pelan.
“nah terus rencana pertunangan kalian gimana?” tanyaku kaget.
“emm.. sebenernya Mo.. aku itu ponakan nya dika” katanya.
“tunggu.. tunggu dulu. Aku gak ngerti. Maksud kamu apaan sih?” aku mengerutkan kening.
Belum sempet dia menjawab, tiba-tiba Mama mengagetkan ku.
“hey Mo. Nih obatnya udah di tebus. Yuk kita pulang” ajak mama.
“mama kayaknya duluan aja deh. Eh oh iya, kenalin, dia Melda tunangan nya dika.” Kataku memperkenalkan melda.
“melda tante” melda mengulurkan tangan.
“tante helen. Mamanya momo” jawab mamaku.
Awalnyaterlihat sekali mamaku sedikit terkejut tapi lalu ia langsung bersikap normal.
“hmm.. ya udah kalo gitu, mama duluan ya” mama mencium keningku.
“iya ma, hati hati ya.” Jawabku.
Setelah mama pergi meninggalkan kami. Kamipun langsung melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat terputus.
“jadi maksud kamu tadi apa?” tanyaku lagi.
“jadi waktu itu aku di minta dika untuk pura-pura menjadi tunangan nya.” Jawabnya.
“kenapa dia ngelakuin hal itu?” aku bingung.
“kamu gak tau ya kalo selama ini dia punya penyakit kanker darah?” tanyanya.
“kanker? Dia gak pernah bilang sama aku kalo dia punya penyakit separah itu.” Jawabku kaget.
“waktu itu dia difonis dokter, bahwa hidupnya udah gak lama lagi. Dia
gak mau kamu sedih, makanya dia ngelakuin hal itu. Dia berharap kalo
dia ngelakuin itu, kamu bakal lebih cepet ngelupain dia. Sebenernya dia
itu sayang banget sama kamu, bahkan dia cerita sama aku bahwa dalam
waktu dekat ini tadinya dia mau ngelamar kamu. Tapi gara-gara fonis
dokter...” penjelasanya terputus.
“dokter bukan tuhan! Dia gak bisa nentuin hidup manusia!” kataku lantang.
“sekarang anterin aku ketemu sama dia. Setelah itu aku janji bakalan pergi dan ngelupain dia” kataku.
“tapi....”
“plis kali ini aja, aku mohon.”
“oke deh, ayo” jawabnya.
Sesampainya di rumah sakit aku dan melda langsung menuju ke ruangan
nya. Tapi sesampainya di sana kami terkejut sudah ada dokter dan suster
yang mengelilingi nya Aku terobos kerumunan itu, lalu langsung
memeluknya. Air mataku pun langsung mengalir deras.
“Momohime...” katanya lirih, namun ia tetap tersenyum.
“kamu jangan nangis, aku gak papa kok” lanjutnya dengan lemas.
“maaf mbak, kami harus menangani pasien ini” kata suster.
“ dok, aku mau ngomong sama dia. Bisa tinggalin kita berdua sebentar?” pinta dika.
Dokter suster dan semua orang yang ada di ruangan itu pun pergi. Sekarang tinggal kami berdua yang ada di ruangan ini.
“kamu jahat tau gak, kamu jahat!” kataku sambil menangis dan memeluknya.
“hey, hey aku gak papa kok Momohime” Jawabnya lemas sambil mengusap rambutku.
Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“sekarang kamu udah tau yang sebenernya. Dan aku rasa sepertinya waktu aku udah gak lama lagi” katanya
Aku kaget, aku langsung menatapnya. Namun air mata ku makin deras mengalir.
“kamu itu cantik, baik, dan hebat kamu pasti bisa dapet yang lebih baik dari aku” lanjutnya.
Aku tak bisa berkata apa apa lagi. Aku masih saja terus memeluk
tubuhnya yng terkulai lemas. Tapi makin lama aku merasa detak
jantungnya semakin melemah. Akupun langsung berhenti memeluknya lalu
berdiri di sebelahnya.
“kalo kamu bener-bener sayang sama aku, aku
mohon kamu bertahan dik. Kali ini aja demi aku.” Pintaku sambil
menggenggam tangan nya.
Dia hanya membalasku dengan senyuman. Lalu
perlahan-lahan matanya tertutup. Aku kaget aku langsung memanggil
dokter. Dokter, suster dan orangtua serta melda pun langsung mendatangi
kami. Setelah itu dokter menyuruh kami keluar. aku bingung, aku takut
kehilangan dika.
Setelah beberapa saat dokter keluar, dia bicara
bahwa dika telah pergi. Awalnya aku tak percaya, aku langsung masuk ke
ruangan nya lalu melihat para suster melepaskan infus, alat bantu
pernafasan dan alat-alat lain yang ada di tubuh dika. Aku tak kuat lagi
berdiri, aku pingsan. Setelah sadar aku berada di dalam kamarku.
“Mah, dika mana mah??” tanyaku.
“Dika udah gak ada sayang, dia udah di makamin tadi pagi. Kamu sabar ya” jawab mamaku sambil memelukku.
“gak.. gak mungkin, mama pasti bohongkan? Gak mungkin dika meninggal. Gak mungkin mah! Dika udah janji sama Momo” jawabku.
“udah sayang, relain dia, dia udah tenang dialam sana.” Jawab mamaku sambil terus menenangkan ku.
Setelah kejadian itu aku lebih banyak berdiam diri di kamar. Sampai
saat ini aku belum bisa melupakan dia dan semua kenangan-kenangan
tentang dia. Saat aku melihat salah satu foto saat pertama kali
berpacaran dengan dika aku mengambil pulpen dan menulis di bawah foto
itu. ‘Lumpuhkan lah ingatanku hapuskan tentang dia, hapuskan memoriku
tentangnya.. hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia.. ku ingin ku
lupakan nya...’ saat menulis itu air mataku kembali menetes. Entah
apakah aku bisa melupakan dia atau tidak. Tapi dia akan selalu abadi di
hatiku.
***
No comments:
Post a Comment