Translate

Friday, June 7, 2013


PEMUJA RAHASIA

Setting             : Pagi hari di sebuah taman yang cukup ramai. Di bangku taman, terdapat 2 orang remaja yang sedang duduk.

Momo              : (mendengarkan musik lewat earfone)
Roby               : (membaca novel)
            (Setelah beberapa menit kemudian, momo pun merasa bosan, akhirnya dia menegur orang yang ada di sebelahnya.)
Momo              : (menarik nafas panjang) “bosen”
Momo              : (melepas earfone) “hai..” (tersenyum)
Roby               : (diam saja)
Momo              : “kok diem aja sih?” (nada pelan)
Momo              : “heloo...” (menaikkan nada suaranya)
Roby               : (menengok) “lo ngomong sama gue?”
Momo              : “enggak! sama pohon. Ya sama kamu lah.” (kesal)
Roby               : “pangkat lo apa berani ngomong sama gue? Lo presiden? Mentri? Atau anggota dewan? Bukan kan?!”
Momo              : (mengengok ke arah yang berlawanan) “huh.. sombong banget sih jadi cowok.”
Roby               : “ngomong apa lo barusan?!”
Momo              : (diam saja lalu meninggalkan bangku taman itu)
Roby               : “dasar cewek aneh, sok akrab.”
            Haripun sudah hampir siang, momo pun pulang ke rumahnya. Keesokan paginya momo berangkat kesekolah, saat pelajaran akan di mulai, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Roby               : “permisi pak, saya terlambat.”
Guru                : (diam)
Momo              : “hah, itu kan cowok sombong yang ketemu aku di taman kemarin.”
Roby               : “kok ada cewek aneh itu sih disini??”
Guru                : “ada apa?”
Roby               : “eh, enggak pak, gak papa.”
Guru                : “kamu siapa?”
Roby               : “saya murid baru”
Guru                : “ya sudah perkenalkan dirimu dulu.”
Roby               : “hai semua, nama saya roby, saya murid pindahan dari jakarta.”
Guru                : “perkenalanya segitu saja dulu ya. Hmm.. roby, kamu cari bangku yang kosong ya.”
Roby               : (melihat-lihat) “aduh. Yang kosong Cuma di sebelah cewe aneh itu lagi.”
Guru                : “tunggu apa lagi, tuh di sebelah momo ada yang kosong.”
            Dengan raut wajah yang kesal roby berjalan ke bangku sebelah momo.
Roby               : “gua terpaksa ya duduk sama lo.”
Momo              : “huh, siapa juga yang mau duduk sama kamu.”
Guru                : “kita lanjutkan lagi pelajaran nya”
            Setelah itu, hingga pelajaran usai, mereka hanya terdiam.
            (Hingga tiba saatnya istirahat.)
Widy                : (mendatangi roby) “hay by, kekantin yuk.”
Roby               :  (diam)
Widy                : “oh iya, kenalin, nama aku widy.” (mengulurkan tangan)
Roby               : (tanpa membalas uluran tangan widy, roby langsung keluar kelas)
widy                 : “sombong banget sih. Tapi gak papa lah, yang penting orangnya keren.” (tertawa)
Momo              : “keren darimana?” (tersenyum sinis)
Widy                : “apaan sih lo Mo, nyambung aja” (kesal) (meninggalkan kelas)
            kelas yang tadinya ramai sekarang hanya ada momo sendiri. Saat istirahat dia lebih  sering membaca buku di dalam kelas.  Saat sedang asik-asiknya membaca buku, tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara seseorang.
Roby               : “lo gak ke luar?”
Momo              : “gak lah, mendingan baca buku”
            (Saat sedang mengobrol tiba-tiba dhan datang.)
Dhan               : “hay mo..”
Momo              : “hay dhan..”
Dhan               : “opss.. ganggu gak nih??” (melihat kearah momo dan roby)
Momo              : “santai aja kali Dhan. Dia itu anak baru disini.”
Dhan               : “hay aku dhan.” (mengulurkan tangan)
Roby               : “gua roby” (tanpa membalas uluran tangan dhan)
Dhan               : “hmmm..”
Dhan               : “ya udah ya mo, aku ke kelas ku dulu ya. Bentarlagi masuk nih.”
Momo              : “oke..” (tersenyum)
            Bel masuk pun berbunyi. Murid-murid pun memasuki kelasnya masing-masing.
Guru                : “selamat siang anak-anak”
Murid-murid    : “siang pak.” (serempak)
Guru                : “besok kita akan melaksanakan ulangan harian, jangan lupa belajar di rumah ya.”
(Tiba waktunya untuk pulang.)
Momo pun langsung pulang ke rumahnya lalu masuk ke dalam kamar nya.
Nard                : (mengetuk pintu kamar) “mo.. kamu liat buku kakak gak?”
Momo              : (membuka pintu) “buku apa kak?”
Nard                : “itu loh, buku musik yang sering kamu pinjem.”
Momo              : “oh itu, bentar kak, momo ambilin dulu.” (masuk ke dalam kamarnya lalu mengambil buku itu)
Momo              : “nih kak.” (memberikan buku itu)
Nard                : “oke, makasih adikku.” (mencubit hidung Momo)
Momo              : “aduhhh sakit tau kak.” (memegang hidungnya)
Nard                : “hehehe...” (meninggalkan kamar momo)
            Setelah itu momo langsung memasuki kamarnya lalu tidur. Keesokan paginya ternyata momo sudah duluan berangkat ke sekolah. Setelah sampai di sekolah ia langsung masuk ke dalam kelas yang masih sangat sepi. Beberapa menit kemudian ternyata yang datang adalah roby.
Momo              : “tumben kamu dateng pagi.”
Roby               : “itu hak gue. Mau dateng pagi atau siang.” (duduk di bangkunya)
Momo              : “hmm.. ya udah deh.” (memeriksa lacinya ternyata ada secarik kertas)
Momo              : (membuka dan membacanya)
Roby               : (mengintip)
Isi surat            : “Tersirat untukmu sejuta puisi tak pernah kau tau, ku pemuja rahasia hidupmu, tuhan sadarkan dia untukku, engkau sahabatku melewati batas jauh fikiranku, ku cinta bagai manusia tak bertumpu, terlunta berjalan bagai lumpuhnya hatiku, ku pemuja rahasia hidupmu, tak pernah terfikir oleh waktu, ku ingin sempurna hanya dimatamu, tolong sadarlah buka matamu, ku hanya berharap kamu kan mengerti isi hatiku ini untukmu, kau sahabat ku, ku pemuja mu ini caraku, ku hanya berharap kamu kan bertanya mengapa ku begini untukmu, kau sahabat ku, ku pemujamu, ini jalan ku... PEMUJA RAHASIA”
Momo              : “maksudnya apaan sih?”
Roby               : “ciye, surat dari siapa tuh, aku boleh liat gak?”
Momo              : “apaan sih by” (tersenyum)
Roby               : “liat dong mo.” (menarik suratnya sedikit)
Momo              : “gak boleh by, ini kan suratku” (menarik suratnya)
Roby               : “dikittt aja ya.” (sedikit tertawa)
Momo              : “by, ternyata kamu bisa ketawa juga ya.”
Roby               : “ya bisa lah”
Momo              : “oke, kalo kamu mau baca surat ini, kamu harus janji dulu.”
Roby               : “janji apa?”
Momo              : “pertama. Kalo kamu udah baca surat ini, kamu gak boleh kasih tau siapa-siapa tentang surat ini.”
Roby               : “oke. Ya udah mana sini suratnya aku baca.”
Momo              : “etss.. nanti dulu, masih ada 2 syarat lagi.”
Roby               : “ya udah deh, apa?”
Momo              : “yang kedua, kamu gak boleh jadi orang sombong lagi.”
Roby               : “oke. Gampang.”
Momo              : “syarat yang ketiga adalah, kamu harus jadi sahabatku.”
Roby               : (diam)
Momo              : “gimana by, mau gak?”
Roby               : “oke deh.”
momo              : “ya udah. Nih suratnya.”
Roby               : (membaca)
            Pelajaran pun di mulai.
Guru                : “pagi anak-anak”
Murid-murid    : “pagi pak”
Guru                : “hari ini kita akan melaksanakan ulangan. Sudah pada siap kan? Sekarang letakkan tas dan buku kalian di depan kelas. Yang ada di atas meja hanya alat tulis”
            Ulangan pun di mulai, suasana kelas sangat tenang. Murid yang pertama kali mengumpul hasil ulangan adalah Momo, & yang terakhir adalah Roby.
Beberapa jam kemudian tiba waktunya istirahat. Momopun langsung keluar kelas menemui Dhan.
Roby               : “mau kemana mo?”
Momo              : “mau ke kelasnya dhan.”
Roby               : “oh”
Momo              : “ikut yuk”
Roby               : “enggak lah mo, ntar ganggu lagi. Lagian aku juga mau ke kantin dulu.”
Momo              : “oh, ya udah deh by.” (keluar kelas)
Widy                : “roby..” (menghampiri) “sekarang kamu udah gak sombong lagi kan??”
Roby               : “loe ngomong sama gue?” (keluar kelas)
Widy                : “ya, ya, ya.. sama seperti kemarin.”
Aan                  : (mendatangi widy) “widy, ke kantin sama aku yuk.”
Widy                : “males lah, gua mau ke perpus aja.” (meninggalkan aan)
            Sementara di ruangan lain, momo dan dhan sedang mengobrol.
Momo              : “dhan, tadi pagi aku nemuin surat ini tau.” (memberikan surat)
Dhan               : (membaca)
Momo              : “kira-kira siapa ya yang ngirim surat itu?”
Dhan               : “coba inget-inget lagi, yang kemarin pulangnya terakhiran?”
Momo              : “hmm.. kayaknya sih si Roby sama si aan, adik kamu.”
Dhan               : “kalo si aan gak mungkin. Jangan-jangan yang ngirim surat itu si roby.”
Momo              : “gak mungkin dhan, aku kan baru kenal dia beberapa hari lalu. Lagian dia kan orangnya jutek banget.”
Dhan               : “mungkin saat itu dia memang udah suka sama kamu, tapi dia nyembunyiin nya dengan ke jutekan nya itu.”
Momo              : “hmm.. apa mungkin ya..”
            Bel masuk pun berbunyi.
Momo langsung berlari menuju kelasnya.
Guru                : (memasuki  kelas)
Guru                : selamat siang anak-anak, bapak akan membagikan hasil ulangan tadi. Hasilnya adalah.... Roby,,...
Roby               : (menengok)
Guru                : “kamu dapat nilai 95.”
Guru                : (menyerahkan hasil ulanngan) “selamat ya By” “dan nilai tertinggi kedua adalah Momo, dengan nilai 90”
Momo              : (mengambil hasil ulangan lalu kembali ke bangkunya)
Momo              : “selamat ya By. Kamu hebat deh”
Roby               : “iya Mo, makasih ya, kamu juga hebat kok”
Momo              : “hehehe.. makasih By” (tersenyum)
Lalu tiba saatnya untuk pulang.
            Hari-hari berikutnya momo selalu menemukan kembali surat-surat yang berisi kalimat-kalimat indah. Entah sudah berapa banyak surat yang ia dapatkan. Ia pun menyimpan surat-surat itu di kamarnya. Suatu hari Nard, kakak nya momo masuk ke dalam kamar momo untuk meminjam buku musik nya.
Nard                : “mo..” (membuka pintu kamarnya)
Nard                : “ke mana ya si momo.” (masuk ke dalam kamar)
Nard                : “nah ini dia” (mengambil buku musik)
Nard                : “eh, apa nih.” (melihat tumpukan surat, lalu mebacanya beberapa)
            Tiba-tiba pintu kamar momo terbuka. Nardpun langsung kaget.
Momo              : “kakak ngapain ke kamar momo?” (bingung)
Nard                : “ciye momo.” (menggoda)
Momo              : “kenapa kak” (bingung)
Nard                : “ini apaan?” (menunjukan salah satu surat)
Momo              : “kakak baca surat surat momo ya?”
Nard                : “kalo iya kenapa?” (berlari)
Momo              : “kakakkk..” (berteriak) (mengejar kakaknya)
            Saat mereka berlari, tiba-tiba mereka menabrak mamanya yang sedang menyiram bunga.
Nard                : “sory mah.” (berhenti)
Mamanya        : “kenapa sih, kalian kok kejar-kejaran. Kayak anak kecil aja.”
Momo              : (berhenti)
Nard                : ”ma, tau gak momo itu...”
Momo              : (mencubit kakaknya)
Nard                : “aww..” (sedikit teriak) (menatap ke arah momo)
Momo              : “plis kak, jangan kasih tau mama.”
Nard                : “hmm.. gimana ya.” (terseyum licik)
Momo              : “plis kak..” (memohon)
Nard                : “males ya..” (berlari menuju kamarnya)
Momo              : “huh, dasar, kakak rese.” (berlari menuju kamarnya)
Mamanya        : “dasar anak-anak” (geleng-geleng) (meneruskan menyiram bunga)
            Hari pun telah berganti. Tiba saatnya momo untuk kembali ke sekolah. Setibanya di depan gerbang, momo bertemu dengan roby.
Momo              : “roby” (menepuk pundak roby)
Roby               : “eh momo. Ke kelas bareng yuk” (menggandeng tangan momo)
Momo              : (tersenyum bingung)
            Setelah sampai di depan kelas.
Momo              : “masuk duluan aja by.”
Roby               : “emang kenapa mo?”
Momo              : “hmm.. ya gak papa sih.”
Roby               : “ya udah, kita masuk bareng aja yuk.”
Widy                : “eh, apa-apaan ini, pake berdua-duaan segala.”
Momo & roby : (nyuekin widy lalu berjalan ke bangku mereka)
Widy                : “ihhh” (kesal)
Aan                  : “hay widy”
Widy                : “eh elo”
Aan                  : “masuk yuk.” (menggandeng tangan widy)
Widy                : “ih, ngapain lo?” (melepaskan tangan aan, lalu berjalan menuju bangkunya)
            Tiba-tiba dhan datang, lalu menemui momo dan roby.
Momo              : “eh dhan, sini geh.”
Roby               : (menengok ke arah dhan)
Dhan               : “kenapa mo?”
Momo              : “aku dapet surat misterius itu lagi.”
Dhan               : “mana, coba aku liat.”
Momo              : (menyerahkan surat)
Dhan               : (membaca) “gak salah lagi, ini pasti...”
Momo              : “aku yakin bukan dia dhan.”
Dhan               : “kalo bukan dia, siapa lagi coba?”
Momo              : “ya mana aku tau.”
            Roby yang dari tadi di cuekin akhirnya angkat bicara.
Roby               : “gua pergi aja lah” (berjalan keluar)
Momo              : “roby kenapa ya?”
Dhan               : “gak tau mo.”
            Sementara di luar Roby sedang berbicara sendiri.
Roby               : “ngapain sih, si Dhan itu ganggu aja. Eh, kok gua marah ya. Apa gua udah mulai suka sama si momo? Apa sekarang gua lagi cemburu? Ah.. bisa gila nih gua lama-lama” (mengacak-ngacak rambutnya)
Dhan               : (keluar dari kelas momo)
Roby               : “gua masuk ke kelas lagi deh, kan si Dhan udah balik ke kelasnya.” (berjalan masuk ke kelas)
Momo              : “knapa by, kok tadi keluar?”
Roby               : “gak papa mo, tadi di dalem panas sih.”
Momo              : “oh, gitu.”
Roby               : “mo, boleh nanya sesuatu gak?” (menatap ke mata momo)
Momo              : “emang nya kamu mau nanya apa by?”
Roby               : “tapi jangan marah ya mo?”
Momo              : “iya by.”
Roby               : “kamu udah punya cowok belum?”
Momo              : (bingung) “roby, kamu ini ngeledek ya. Kalo aku udah punya cowo, pasti aku selalu sama dia lah, gak di kelas sendirian.”
Roby               : “Dhan? Dia bukan cowok kamu?”
Momo             : “dhan itu udah aku anggep seperti kakak buat aku.”
Roby               : “oh gitu..”
Momo              : “emang kenapa by?”
Roby               :  “gak papa mo, nanya aja.”
Momo             : “oh,,”
            Beberapa menit kemudian guru pun masuk bersama seorang murid baru.
Guru                : “pagi anak anak”
Murid-murid    : “pagi pak..” (serempak)
Guru                : “bapak akan memperkenalkan seorang murid baru.”
Leuvenia         : “hai semuanya, kenalin nama saya Leuvenia Vernanda kalian bisa panggil saya Ve. Saya murid baru pindahan dari jakarta.”
Murid-murid    : “hai ve...”
Roby               : “apa? Ve??” (melihat ke arah Ve)
Momo              : “kenapa by?”
Roby               : “e.. enggak papa mo.”
Guru                : “segitu dulu ya perkenalan nya. Sekarang kamu cari tempat duduk yang kosong ya Ve.”
Leuvenia         : (duduk di bangku yang paling depan)
            Pelajaran pun di mulai.
Selama pelajaran ekspresi wajah roby terlihat bingung dan tidak memperhatikan pelajaran. Hingga tiba saatnya istirahat Roby langsung menemui Leuvenia.
Roby               : “ve, loe kok bisa ada di sini?”
Leuvenia         : “papa ku pindah tugas, jadinya aku  ikut dia.”
Roby               : “oh gitu?”
Leuvenia         : “o iya, siapa cewe itu?” (menunjuk ke arah momo)
Roby               : “oh, dia Momo. Dia baik banget loh, udah gitu manis lagi.”
Leuvenia         : “oh gitu. Lo suka ya sama dia?”
Roby               : “hah? Ngomong apa sih loe Ve.”  (meninggalkan ve)
Leuvenia         : “mau kemana by?!” (menarik tangan roby)
Roby               : (berbalik)
Leuvenia         : “gua masih sayang by sama lo.”
Roby               : “maaf ve, dulu aku memang sayang banget sama kamu. Tapi sekarang rasa itu udah mulai ilang, gara-gara waktu itu kamu ninggalin aku demi si kevin.”
Leuvenia         : “aku minta maaf by, aku nyesel pernah ngelakuin itu sama kamu. Sekarang aku tau, Cuma kamu yang terbaik buat aku.” (memegang kedua tangan roby)
            Tanpa disadari mereka ternyata dari tadi Momo berada di dekat mereka. Tapi tiba-tiba buku yang di pegang momo terjatuh.
Roby & Leuvenia : (menengok)
Momo                : (mengambil bukunya) “maaf, tadi aku denger sedikit pembicaraan kalian.” (berlari meninggalkan Roby & Leuvenia)
Leuvenia           : “jadi gimana By, kamu masih mau nerima aku kan?”
Roby                 : “maaf Ve, aku gak bisa jawab itu sekarang” (berlari meninggalkan Leuvenia untuk mengejar Momo)
Roby                 : (mengejar) “tunggu mo.”
            Mata momo berkaca-kaca, dia seperti ingin menangis. Dia tidak tau apa yang sedang dia rasakan. Hatinya terasa hancur saat mendengar bawa anak baru itu adalah mantan pacar Roby.
Momo              : (duduk) “kenapa?? Kenapa aku sedih pas ngedenger kalo Ve itu mantan nya Roby?? Harusnya aku seneng denger itu” (mengusap air matanya)
Roby               : (menghampiri momo) “kamu kenapa mo? Kamu nangis?” (ingin mengusap air mata Momo menggunakan tissu)
Momo              : “aku gak papa kok by” (meninggalkan Roby)
            Hari pun kembali berganti. Semenjak kejadian itu, Momo sedikit menjauhi Roby, Leuvenia terus berusaha mendapatkan kembali cinta Roby, Dhan terus menghibur Momo, sementara Roby masih bingung dengan sikap Momo tapi semakin lama Roby semakin suka terhadap Momo. Dia rindu akan tertawa dan senyuman nya Momo.
Roby               : “Mo, kamu kenapa sih akhir-akhir ini ngejauhin aku?”
Momo              : “Cuma perasaan kamu aja kali.”
Leuvenia         : (mendatangi mereka) “hay By..”
Roby               : “tapi mo...”
Momo              : “hmm.. udah ya by aku mau ke kelas nya Dhan dulu, takutnya ganggu kalian berdua lagi.” (meninggalkan Roby & Leuvenia)
            Momo pun ke kelasnya Dhan. Dia bercerita kepada Dhan soal masalah yang di hadapinya.
Momo              : “Dhan..”
Dhan               : “eh Momo ada apa Mo?”
Momo              : “Dhan, kayaknya aku mulai suka deh sama Roby, aku selalu cemburu kalo dia lagi deket si Ve.”
Dhan               : “ya kalo kamu suka sama Roby, bilang aja sama dia.”
Momo              : “gak mungkin Dhan, aku kan cewek. Lagian aku takut ganggu hubungan mereka.”
            Sepulang sekolah Dhan menemui Roby yang sedang mengobrol dengan Leuvenia di luar kelas.
Dhan               : “By, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
Roby               : “ya udah Dhan, ngomong aja.”
Dhan               : “tapi Cuma 4 mata aja. Aku mau ngomongin soal Momo.”
Leuvenia         : (pergi)
Dhan               : “Momo itu suka sama kamu By, dia sakit hati kalo liat kamu sama Ve.”
Roby               : “yang bener Dhan?”
Leuvenia         : (menguping)
Dhan               : “kamu itu harusnya peka. Kamu beruntung udah bisa dapetin hati dia. Kamu tau kan, soal surat dari pemuja rahasia itu?”
Roby               : “iya aku tau.”
Dhan               : “itu adalah surat dari aku.”
Roby               : “jadi selama ini kamu suka sama Momo? Tapi gimana caranya kamu bisa narok surat itu di laci dia tanpa dia ketahui?”
Dhan               : “iya. Aku nitipin surat itu sama adik aku. Aan. Sekarang jujur sama aku, pasti kamu suka sama Momo kan??”
Roby               : “aku gak tau, tapi aku rasa begitu. yang jelas saat Momo menjauh dari hidup ku, aku sangat ngerasa kehilangan dia, kehilangan senyum indah nya.”
Dhan               : “kalo gitu. Kejar dia.”
Roby               : “tapikan kamu juga suka sama dia?”
Dhan               : “aku rela kok ngelepasin Momo, ngelakuin apa aja untuk buat dia bahagia. Aku mohon, kamu jangan pernah nyakitin dia, kamu harus jadi yang terbaik buat dia. Kalo kamu sampe nyakitin dia, aku gak bakalan maafin kamu.”
Roby               : “oke. Aku janji!”
            Roby pun langsung menemui Momo yang sedang berada di kelas, Dhan pun mengikuti Roby dari belakang.
Roby               : “Mo, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” (menarik momo sampai ke depan kelas)
Momo              : “ih.. apaan sih By?! Lepasin!” (berusaha melepaskan tanganya dari Roby)
Leuvenia         : (melihat kearah Momo & Roby)
Roby               : (berlutut di depan Momo)  “Mo, aku sangat ngerasa kehilangan kamu, saat kamu jauh dari aku, aku berasa seperti ada yang hilang dari hidup aku, aku kehilangan senyum kamu, tawa kamu, dan semua tentang kamu. Aku sayang sama kamu Mo”
Momo              : “maksud kamu apa sih? Kamu itu ngomong apa?”
Roby               : “aku sayang sama kamu Mo, aku serasa nemuin hati aku dalam dirimu, Mo. Kamu mau gak jadi pacar aku? Aku gak tau kenapa gak dari dulu aja aku ngomong gini sama kamu. Aku minta maaf dulu sering jutek sama kamu. ”
Ve, aan & Widy : (kaget)
Momo              : (kaget) “apa by?? Ta.. tapi gimana sama Ve??” (melihat ke arah Ve)
Roby               : (bangkit) (melihat ke arah Ve) “Ve, sory banget, aku gak bisa nerima kamu lagi. Tapi kita kan masih bisa jadi temen deket kok.”
Leuvenia         : (mendatangi Roby & Momo) (menggenggam tangan Roby) “By, jujur aku memang belum bisa ngelupain kamu, dan aku sadar aku banyak banget salah sama kamu, aku sayang banget sama kamu, tapi aku sadar kalo cinta itu gak harus memiliki, asal kamu bahagia, aku juga bahagia kok. Dan aku juga akan berusaha buka hatiku untuk orang lain.”
Roby               : “makasih Ve. Kamu memang cewek yang baik, kamu pantes dapetin yang lebih baik dari aku.”
Roby               : “jadi gimana Mo, kamu mau gak jadi pacar aku?”
Momo              : (tersenyum) (menganggukkan kepala)
Roby               : “beneran Mo??”
Momo              : “iya by.” (tersenyum)
Roby               : “Yes! Yes! Yes!” (lompat-lompat)
Leuvenia         : “selamat ya Mo” (memeluk Momo)
Momo              : “iya Ve, makasih ya.”
Dhan               : (tersenyum)
Momo              : “sini Dhan.” (menarik tangan Dhan)
Dhan               : “jaga momo baik-baik ya By.”
Roby               : “pasti Dhan.”
Leuvenia         : “pokoknya kalian harus baik-baik dan langgeng terus ya.” (menyatukan Tangan Roby & Momo)
Leuvenia         : (tersenyum)
Dhan               : (tersenyum sambil memperhatikan Ve)
Momo              : (berbisik) “kamu suka ya sama si Ve?” (menyenggol pundak Dhan)
Dhan               : “apaan sih mo” (tersenyum sambil mengusap rambutnya)
Momo              : “udah, deketin aja” (mendorong Dhan)
Leuvenia         : “aduh”
Dhan               : “sory Ve”
Leuvenia         : “gak pa-pa kok Dhan.”
Roby, Momo & aan : “ciyeeee”
            Di sudut lain.
Aan                  : “tu Widy, Roby sama Momo aja udah jadian. Kita kapan?”
Widy                : “jadian aja tuh sama buku.” (meninggalkan Aan)
            Akhirnya merekapun saling menemukan orang yang benar-benar dicarinya. Dan seorang Pemuja Rahasia, tetap menjadi Pemuja Rahasia untuk Momo.


***SELESAI***