Mungkin aku bukanlah makhluk yang nyata,
aku hanya pantulan dari perasaan-perasaan setiap orang
jangan pernah menganggapku ada
aku tak nyata
Aku selalu merasa, aku ada karena pantulan pantulan perasaan
aku terbawa hingga ke dunia ini
jangan pedulikan aku, aku hanya ilusi
Aku hadir untuk mengutarakan perasaan seseorang
yang mungkin tak pernah dapat ia sampaikan
Segala yang ada pada diriku, tak nyata
Aku hanyalah sebuah bayangan
Aku tak memiliki perasaan semua yang ada pada diriku
hanya pantulan dari perasaan orang orang di hidupku
semua tergantung pada perasaan orang lain
Bagaikan bayangan di cermin
aku melakukan seperti yang ada di depanku
Hidupku penuh belenggu
Jangan pernah percaya padaku
aku selalu sering berdusta
Tapi, aku hanya ingin menjaga perasaan orang orang yang ada di sekitarku
Memberikan mereka rasa bahagia
agar kehidupanku pun terasa lebih berarti...
Translate
Tuesday, November 19, 2013
Friday, October 25, 2013
Wednesday, October 23, 2013
Mencintai di waktu yang tepat
Tadinya aku kira ini adalah waktu yang tepat untuk aku mencintaimu
namun aku salah
kau tak pernah tau apa yang aku rasa
kau tak pernah mau berusaha membaca fikiranku
aku takut cintaku kan usang
kau tak pernah mencintaiku
akulah yang terlalu berharap
mengharap sesuatu yang memang tak pasti
aku salah telah berniat mencintaimu
sekarang perasaan berbunga-bunga itu tak dapat lagi ku rasakan
ini bukan waktunya aku mencintaimu
ini salah
aku datang disaat yang tidak tepat
saat hatimu masih tertutup
aku malah datang membawa harapan
yang tak akan pernah terwujud
sekarang aku akan mencoba pergi
belajar mencintai yang lain
mencintai di waktu yang tepat
Abu-abu
kalo di ibaratkan warna
sikap lo itu adalah warna abu-abu
terlalu gak jelas, hitam enggak putih juga enggak
buat gw bingung, buat gw ragu
kadang lo bisa ngasih seluruh perhatian lo ke gw
bikin gw jadi orang yang paling bahagia
tapi gak jarang juga lo lakuin itu ke cwe lain
udah berkali-kali lo bilang sayang ke gw
dan gw gak pernah berani jawab
perasaan lo itu terlalu abu-abu ke gw
gw takut lo pergi
mainin hati yang lain
hati seseorang yang lebih indah
gw takut perasaan lo ke gw itu cuma sementara
Saturday, June 8, 2013
Friday, June 7, 2013
PEMUJA
RAHASIA
Setting : Pagi
hari di sebuah taman yang cukup ramai. Di bangku taman, terdapat 2 orang remaja
yang sedang duduk.
Momo :
(mendengarkan musik lewat earfone)
Roby : (membaca
novel)
(Setelah beberapa
menit kemudian, momo pun merasa bosan, akhirnya dia menegur orang yang ada di
sebelahnya.)
Momo : (menarik
nafas panjang) “bosen”
Momo : (melepas
earfone) “hai..” (tersenyum)
Roby : (diam
saja)
Momo : “kok diem
aja sih?” (nada pelan)
Momo : “heloo...”
(menaikkan nada suaranya)
Roby :
(menengok) “lo ngomong sama gue?”
Momo : “enggak!
sama pohon. Ya sama kamu lah.” (kesal)
Roby : “pangkat
lo apa berani ngomong sama gue? Lo presiden? Mentri? Atau anggota dewan? Bukan
kan?!”
Momo : (mengengok
ke arah yang berlawanan) “huh.. sombong banget sih jadi cowok.”
Roby : “ngomong
apa lo barusan?!”
Momo : (diam saja
lalu meninggalkan bangku taman itu)
Roby : “dasar
cewek aneh, sok akrab.”
Haripun sudah
hampir siang, momo pun pulang ke rumahnya. Keesokan paginya momo berangkat kesekolah,
saat pelajaran akan di mulai, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Roby : “permisi pak,
saya terlambat.”
Guru : (diam)
Momo : “hah, itu
kan cowok sombong yang ketemu aku di taman kemarin.”
Roby : “kok ada
cewek aneh itu sih disini??”
Guru : “ada
apa?”
Roby : “eh,
enggak pak, gak papa.”
Guru : “kamu
siapa?”
Roby : “saya
murid baru”
Guru : “ya
sudah perkenalkan dirimu dulu.”
Roby : “hai
semua, nama saya roby, saya murid pindahan dari jakarta.”
Guru : “perkenalanya
segitu saja dulu ya. Hmm.. roby, kamu cari bangku yang kosong ya.”
Roby :
(melihat-lihat) “aduh. Yang kosong Cuma di sebelah cewe aneh itu lagi.”
Guru : “tunggu
apa lagi, tuh di sebelah momo ada yang kosong.”
Dengan raut wajah
yang kesal roby berjalan ke bangku sebelah momo.
Roby : “gua
terpaksa ya duduk sama lo.”
Momo : “huh,
siapa juga yang mau duduk sama kamu.”
Guru : “kita
lanjutkan lagi pelajaran nya”
Setelah itu,
hingga pelajaran usai, mereka hanya terdiam.
(Hingga tiba saatnya istirahat.)
Widy :
(mendatangi roby) “hay by, kekantin yuk.”
Roby : (diam)
Widy : “oh iya,
kenalin, nama aku widy.” (mengulurkan tangan)
Roby : (tanpa
membalas uluran tangan widy, roby langsung keluar kelas)
widy : “sombong
banget sih. Tapi gak papa lah, yang penting orangnya keren.” (tertawa)
Momo : “keren
darimana?” (tersenyum sinis)
Widy : “apaan
sih lo Mo, nyambung aja” (kesal) (meninggalkan kelas)
kelas yang tadinya
ramai sekarang hanya ada momo sendiri. Saat istirahat dia lebih sering membaca buku di dalam kelas. Saat sedang asik-asiknya membaca buku,
tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara seseorang.
Roby : “lo gak
ke luar?”
Momo : “gak lah,
mendingan baca buku”
(Saat sedang
mengobrol tiba-tiba dhan datang.)
Dhan : “hay
mo..”
Momo : “hay
dhan..”
Dhan : “opss..
ganggu gak nih??” (melihat kearah momo dan roby)
Momo : “santai
aja kali Dhan. Dia itu anak baru disini.”
Dhan : “hay aku
dhan.” (mengulurkan tangan)
Roby : “gua roby”
(tanpa membalas uluran tangan dhan)
Dhan : “hmmm..”
Dhan : “ya udah
ya mo, aku ke kelas ku dulu ya. Bentarlagi masuk nih.”
Momo : “oke..”
(tersenyum)
Bel masuk pun
berbunyi. Murid-murid pun memasuki kelasnya masing-masing.
Guru : “selamat
siang anak-anak”
Murid-murid : “siang pak.”
(serempak)
Guru : “besok
kita akan melaksanakan ulangan harian, jangan lupa belajar di rumah ya.”
(Tiba waktunya untuk pulang.)
Momo pun langsung pulang ke rumahnya lalu masuk
ke dalam kamar nya.
Nard :
(mengetuk pintu kamar) “mo.. kamu liat buku kakak gak?”
Momo : (membuka
pintu) “buku apa kak?”
Nard : “itu
loh, buku musik yang sering kamu pinjem.”
Momo : “oh itu,
bentar kak, momo ambilin dulu.” (masuk ke dalam kamarnya lalu mengambil buku
itu)
Momo : “nih kak.”
(memberikan buku itu)
Nard : “oke,
makasih adikku.” (mencubit hidung Momo)
Momo : “aduhhh
sakit tau kak.” (memegang hidungnya)
Nard :
“hehehe...” (meninggalkan kamar momo)
Setelah itu momo
langsung memasuki kamarnya lalu tidur. Keesokan paginya ternyata momo sudah
duluan berangkat ke sekolah. Setelah sampai di sekolah ia langsung masuk ke
dalam kelas yang masih sangat sepi. Beberapa menit kemudian ternyata yang
datang adalah roby.
Momo : “tumben
kamu dateng pagi.”
Roby : “itu hak
gue. Mau dateng pagi atau siang.” (duduk di bangkunya)
Momo : “hmm.. ya
udah deh.” (memeriksa lacinya ternyata ada secarik kertas)
Momo : (membuka
dan membacanya)
Roby :
(mengintip)
Isi surat : “Tersirat
untukmu sejuta puisi tak pernah kau tau, ku pemuja rahasia hidupmu, tuhan
sadarkan dia untukku, engkau sahabatku melewati batas jauh fikiranku, ku cinta
bagai manusia tak bertumpu, terlunta berjalan bagai lumpuhnya hatiku, ku pemuja
rahasia hidupmu, tak pernah terfikir oleh waktu, ku ingin sempurna hanya
dimatamu, tolong sadarlah buka matamu, ku hanya berharap kamu kan mengerti isi
hatiku ini untukmu, kau sahabat ku, ku pemuja mu ini caraku, ku hanya berharap
kamu kan bertanya mengapa ku begini untukmu, kau sahabat ku, ku pemujamu, ini
jalan ku... PEMUJA RAHASIA”
Momo : “maksudnya
apaan sih?”
Roby : “ciye,
surat dari siapa tuh, aku boleh liat gak?”
Momo : “apaan sih
by” (tersenyum)
Roby : “liat
dong mo.” (menarik suratnya sedikit)
Momo : “gak boleh
by, ini kan suratku” (menarik suratnya)
Roby : “dikittt
aja ya.” (sedikit tertawa)
Momo : “by,
ternyata kamu bisa ketawa juga ya.”
Roby : “ya bisa
lah”
Momo : “oke, kalo
kamu mau baca surat ini, kamu harus janji dulu.”
Roby : “janji
apa?”
Momo : “pertama.
Kalo kamu udah baca surat ini, kamu gak boleh kasih tau siapa-siapa tentang
surat ini.”
Roby : “oke. Ya
udah mana sini suratnya aku baca.”
Momo : “etss..
nanti dulu, masih ada 2 syarat lagi.”
Roby : “ya udah
deh, apa?”
Momo : “yang
kedua, kamu gak boleh jadi orang sombong lagi.”
Roby : “oke.
Gampang.”
Momo : “syarat
yang ketiga adalah, kamu harus jadi sahabatku.”
Roby : (diam)
Momo : “gimana
by, mau gak?”
Roby : “oke deh.”
momo : “ya udah.
Nih suratnya.”
Roby : (membaca)
Pelajaran pun di
mulai.
Guru : “pagi
anak-anak”
Murid-murid : “pagi pak”
Guru : “hari
ini kita akan melaksanakan ulangan. Sudah pada siap kan? Sekarang letakkan tas
dan buku kalian di depan kelas. Yang ada di atas meja hanya alat tulis”
Ulangan pun di
mulai, suasana kelas sangat tenang. Murid yang pertama kali mengumpul hasil
ulangan adalah Momo, & yang terakhir adalah Roby.
Beberapa jam kemudian tiba waktunya istirahat.
Momopun langsung keluar kelas menemui Dhan.
Roby : “mau
kemana mo?”
Momo : “mau ke
kelasnya dhan.”
Roby : “oh”
Momo : “ikut yuk”
Roby : “enggak
lah mo, ntar ganggu lagi. Lagian aku juga mau ke kantin dulu.”
Momo : “oh, ya
udah deh by.” (keluar kelas)
Widy : “roby..”
(menghampiri) “sekarang kamu udah gak sombong lagi kan??”
Roby : “loe
ngomong sama gue?” (keluar kelas)
Widy : “ya, ya,
ya.. sama seperti kemarin.”
Aan :
(mendatangi widy) “widy, ke kantin sama aku yuk.”
Widy : “males
lah, gua mau ke perpus aja.” (meninggalkan aan)
Sementara di
ruangan lain, momo dan dhan sedang mengobrol.
Momo : “dhan,
tadi pagi aku nemuin surat ini tau.” (memberikan surat)
Dhan : (membaca)
Momo : “kira-kira
siapa ya yang ngirim surat itu?”
Dhan : “coba
inget-inget lagi, yang kemarin pulangnya terakhiran?”
Momo : “hmm..
kayaknya sih si Roby sama si aan, adik kamu.”
Dhan : “kalo si
aan gak mungkin. Jangan-jangan yang ngirim surat itu si roby.”
Momo : “gak
mungkin dhan, aku kan baru kenal dia beberapa hari lalu. Lagian dia kan
orangnya jutek banget.”
Dhan : “mungkin
saat itu dia memang udah suka sama kamu, tapi dia nyembunyiin nya dengan ke
jutekan nya itu.”
Momo : “hmm.. apa
mungkin ya..”
Bel masuk pun
berbunyi.
Momo langsung berlari menuju kelasnya.
Guru :
(memasuki kelas)
Guru : selamat
siang anak-anak, bapak akan membagikan hasil ulangan tadi. Hasilnya adalah....
Roby,,...
Roby :
(menengok)
Guru : “kamu
dapat nilai 95.”
Guru : (menyerahkan
hasil ulanngan) “selamat ya By” “dan nilai tertinggi kedua adalah Momo, dengan
nilai 90”
Momo : (mengambil
hasil ulangan lalu kembali ke bangkunya)
Momo : “selamat
ya By. Kamu hebat deh”
Roby : “iya Mo,
makasih ya, kamu juga hebat kok”
Momo : “hehehe..
makasih By” (tersenyum)
Lalu tiba saatnya untuk pulang.
Hari-hari
berikutnya momo selalu menemukan kembali surat-surat yang berisi
kalimat-kalimat indah. Entah sudah berapa banyak surat yang ia dapatkan. Ia pun
menyimpan surat-surat itu di kamarnya. Suatu hari Nard, kakak nya momo masuk ke
dalam kamar momo untuk meminjam buku musik nya.
Nard : “mo..”
(membuka pintu kamarnya)
Nard : “ke mana
ya si momo.” (masuk ke dalam kamar)
Nard : “nah ini
dia” (mengambil buku musik)
Nard : “eh, apa
nih.” (melihat tumpukan surat, lalu mebacanya beberapa)
Tiba-tiba pintu
kamar momo terbuka. Nardpun langsung kaget.
Momo : “kakak
ngapain ke kamar momo?” (bingung)
Nard : “ciye
momo.” (menggoda)
Momo : “kenapa
kak” (bingung)
Nard : “ini
apaan?” (menunjukan salah satu surat)
Momo : “kakak
baca surat surat momo ya?”
Nard : “kalo
iya kenapa?” (berlari)
Momo : “kakakkk..”
(berteriak) (mengejar kakaknya)
Saat mereka
berlari, tiba-tiba mereka menabrak mamanya yang sedang menyiram bunga.
Nard : “sory
mah.” (berhenti)
Mamanya : “kenapa sih,
kalian kok kejar-kejaran. Kayak anak kecil aja.”
Momo : (berhenti)
Nard : ”ma, tau
gak momo itu...”
Momo : (mencubit
kakaknya)
Nard : “aww..”
(sedikit teriak) (menatap ke arah momo)
Momo : “plis kak,
jangan kasih tau mama.”
Nard : “hmm..
gimana ya.” (terseyum licik)
Momo : “plis
kak..” (memohon)
Nard : “males
ya..” (berlari menuju kamarnya)
Momo : “huh,
dasar, kakak rese.” (berlari menuju kamarnya)
Mamanya : “dasar
anak-anak” (geleng-geleng) (meneruskan menyiram bunga)
Hari pun telah
berganti. Tiba saatnya momo untuk kembali ke sekolah. Setibanya di depan
gerbang, momo bertemu dengan roby.
Momo : “roby”
(menepuk pundak roby)
Roby : “eh momo. Ke kelas bareng yuk” (menggandeng tangan
momo)
Momo : (tersenyum
bingung)
Setelah sampai di
depan kelas.
Momo : “masuk
duluan aja by.”
Roby : “emang
kenapa mo?”
Momo : “hmm.. ya
gak papa sih.”
Roby : “ya udah,
kita masuk bareng aja yuk.”
Widy : “eh,
apa-apaan ini, pake berdua-duaan segala.”
Momo & roby : (nyuekin
widy lalu berjalan ke bangku mereka)
Widy : “ihhh”
(kesal)
Aan : “hay
widy”
Widy : “eh elo”
Aan : “masuk
yuk.” (menggandeng tangan widy)
Widy : “ih,
ngapain lo?” (melepaskan tangan aan, lalu berjalan menuju bangkunya)
Tiba-tiba dhan
datang, lalu menemui momo dan roby.
Momo : “eh dhan,
sini geh.”
Roby : (menengok
ke arah dhan)
Dhan : “kenapa
mo?”
Momo : “aku dapet
surat misterius itu lagi.”
Dhan : “mana,
coba aku liat.”
Momo :
(menyerahkan surat)
Dhan : (membaca)
“gak salah lagi, ini pasti...”
Momo : “aku yakin
bukan dia dhan.”
Dhan : “kalo
bukan dia, siapa lagi coba?”
Momo : “ya mana
aku tau.”
Roby yang dari
tadi di cuekin akhirnya angkat bicara.
Roby : “gua
pergi aja lah” (berjalan keluar)
Momo : “roby
kenapa ya?”
Dhan : “gak tau
mo.”
Sementara di luar
Roby sedang berbicara sendiri.
Roby : “ngapain
sih, si Dhan itu ganggu aja. Eh, kok gua marah ya. Apa gua udah mulai suka sama
si momo? Apa sekarang gua lagi cemburu? Ah.. bisa gila nih gua lama-lama”
(mengacak-ngacak rambutnya)
Dhan : (keluar
dari kelas momo)
Roby : “gua
masuk ke kelas lagi deh, kan si Dhan udah balik ke kelasnya.” (berjalan masuk
ke kelas)
Momo : “knapa by,
kok tadi keluar?”
Roby : “gak papa
mo, tadi di dalem panas sih.”
Momo : “oh, gitu.”
Roby : “mo,
boleh nanya sesuatu gak?” (menatap ke mata momo)
Momo : “emang nya
kamu mau nanya apa by?”
Roby : “tapi
jangan marah ya mo?”
Momo : “iya by.”
Roby : “kamu
udah punya cowok belum?”
Momo : (bingung) “roby,
kamu ini ngeledek ya. Kalo aku udah punya cowo, pasti aku selalu sama dia lah,
gak di kelas sendirian.”
Roby : “Dhan?
Dia bukan cowok kamu?”
Momo : “dhan itu udah aku anggep seperti kakak buat aku.”
Roby : “oh
gitu..”
Momo : “emang
kenapa by?”
Roby : “gak papa mo, nanya aja.”
Momo : “oh,,”
Beberapa menit
kemudian guru pun masuk bersama seorang murid baru.
Guru : “pagi
anak anak”
Murid-murid : “pagi pak..”
(serempak)
Guru : “bapak
akan memperkenalkan seorang murid baru.”
Leuvenia : “hai
semuanya, kenalin nama saya Leuvenia Vernanda kalian bisa panggil saya Ve. Saya
murid baru pindahan dari jakarta.”
Murid-murid : “hai ve...”
Roby : “apa?
Ve??” (melihat ke arah Ve)
Momo : “kenapa
by?”
Roby : “e..
enggak papa mo.”
Guru : “segitu
dulu ya perkenalan nya. Sekarang kamu cari tempat duduk yang kosong ya Ve.”
Leuvenia : (duduk di
bangku yang paling depan)
Pelajaran pun di
mulai.
Selama pelajaran ekspresi wajah roby terlihat bingung
dan tidak memperhatikan pelajaran. Hingga tiba saatnya istirahat Roby langsung
menemui Leuvenia.
Roby : “ve, loe
kok bisa ada di sini?”
Leuvenia : “papa ku
pindah tugas, jadinya aku ikut dia.”
Roby : “oh gitu?”
Leuvenia : “o iya,
siapa cewe itu?” (menunjuk ke arah momo)
Roby : “oh, dia
Momo. Dia baik banget loh, udah gitu manis lagi.”
Leuvenia : “oh gitu.
Lo suka ya sama dia?”
Roby : “hah?
Ngomong apa sih loe Ve.” (meninggalkan
ve)
Leuvenia : “mau kemana
by?!” (menarik tangan roby)
Roby :
(berbalik)
Leuvenia : “gua masih
sayang by sama lo.”
Roby : “maaf ve,
dulu aku memang sayang banget sama kamu. Tapi sekarang rasa itu udah mulai
ilang, gara-gara waktu itu kamu ninggalin aku demi si kevin.”
Leuvenia : “aku minta
maaf by, aku nyesel pernah ngelakuin itu sama kamu. Sekarang aku tau, Cuma kamu
yang terbaik buat aku.” (memegang kedua tangan roby)
Tanpa disadari
mereka ternyata dari tadi Momo berada di dekat mereka. Tapi tiba-tiba buku yang
di pegang momo terjatuh.
Roby & Leuvenia : (menengok)
Momo : (mengambil bukunya) “maaf, tadi aku denger
sedikit pembicaraan kalian.” (berlari meninggalkan Roby & Leuvenia)
Leuvenia : “jadi gimana By, kamu masih mau nerima aku
kan?”
Roby : “maaf Ve, aku gak bisa jawab itu sekarang”
(berlari meninggalkan Leuvenia untuk mengejar Momo)
Roby : (mengejar) “tunggu
mo.”
Mata momo
berkaca-kaca, dia seperti ingin menangis. Dia tidak tau apa yang sedang dia
rasakan. Hatinya terasa hancur saat mendengar bawa anak baru itu adalah mantan
pacar Roby.
Momo : (duduk) “kenapa??
Kenapa aku sedih pas ngedenger kalo Ve itu mantan nya Roby?? Harusnya aku
seneng denger itu” (mengusap air matanya)
Roby :
(menghampiri momo) “kamu kenapa mo? Kamu nangis?” (ingin mengusap air mata Momo
menggunakan tissu)
Momo : “aku gak
papa kok by” (meninggalkan Roby)
Hari pun kembali
berganti. Semenjak kejadian itu, Momo sedikit menjauhi Roby, Leuvenia terus
berusaha mendapatkan kembali cinta Roby, Dhan terus menghibur Momo, sementara
Roby masih bingung dengan sikap Momo tapi semakin lama Roby semakin suka
terhadap Momo. Dia rindu akan tertawa dan senyuman nya Momo.
Roby : “Mo, kamu
kenapa sih akhir-akhir ini ngejauhin aku?”
Momo : “Cuma
perasaan kamu aja kali.”
Leuvenia : (mendatangi
mereka) “hay By..”
Roby : “tapi
mo...”
Momo : “hmm..
udah ya by aku mau ke kelas nya Dhan dulu, takutnya ganggu kalian berdua lagi.”
(meninggalkan Roby & Leuvenia)
Momo pun ke
kelasnya Dhan. Dia bercerita kepada Dhan soal masalah yang di hadapinya.
Momo : “Dhan..”
Dhan : “eh Momo
ada apa Mo?”
Momo : “Dhan,
kayaknya aku mulai suka deh sama Roby, aku selalu cemburu kalo dia lagi deket
si Ve.”
Dhan : “ya kalo
kamu suka sama Roby, bilang aja sama dia.”
Momo : “gak
mungkin Dhan, aku kan cewek. Lagian aku takut ganggu hubungan mereka.”
Sepulang sekolah
Dhan menemui Roby yang sedang mengobrol dengan Leuvenia di luar kelas.
Dhan : “By, aku
mau ngomong sesuatu sama kamu.”
Roby : “ya udah
Dhan, ngomong aja.”
Dhan : “tapi
Cuma 4 mata aja. Aku mau ngomongin soal Momo.”
Leuvenia : (pergi)
Dhan : “Momo itu
suka sama kamu By, dia sakit hati kalo liat kamu sama Ve.”
Roby : “yang
bener Dhan?”
Leuvenia : (menguping)
Dhan : “kamu itu
harusnya peka. Kamu beruntung udah bisa dapetin hati dia. Kamu tau kan, soal
surat dari pemuja rahasia itu?”
Roby : “iya aku
tau.”
Dhan : “itu
adalah surat dari aku.”
Roby : “jadi
selama ini kamu suka sama Momo? Tapi gimana caranya kamu bisa narok surat itu
di laci dia tanpa dia ketahui?”
Dhan : “iya. Aku
nitipin surat itu sama adik aku. Aan. Sekarang jujur sama aku, pasti kamu suka
sama Momo kan??”
Roby : “aku gak
tau, tapi aku rasa begitu. yang jelas saat Momo menjauh dari hidup ku, aku
sangat ngerasa kehilangan dia, kehilangan senyum indah nya.”
Dhan : “kalo
gitu. Kejar dia.”
Roby : “tapikan
kamu juga suka sama dia?”
Dhan : “aku rela
kok ngelepasin Momo, ngelakuin apa aja untuk buat dia bahagia. Aku mohon, kamu
jangan pernah nyakitin dia, kamu harus jadi yang terbaik buat dia. Kalo kamu
sampe nyakitin dia, aku gak bakalan maafin kamu.”
Roby : “oke. Aku
janji!”
Roby pun langsung
menemui Momo yang sedang berada di kelas, Dhan pun mengikuti Roby dari
belakang.
Roby : “Mo, aku
mau ngomong sesuatu sama kamu.” (menarik momo sampai ke depan kelas)
Momo : “ih..
apaan sih By?! Lepasin!” (berusaha melepaskan tanganya dari Roby)
Leuvenia : (melihat
kearah Momo & Roby)
Roby : (berlutut
di depan Momo) “Mo, aku sangat ngerasa
kehilangan kamu, saat kamu jauh dari aku, aku berasa seperti ada yang hilang
dari hidup aku, aku kehilangan senyum kamu, tawa kamu, dan semua tentang kamu.
Aku sayang sama kamu Mo”
Momo : “maksud
kamu apa sih? Kamu itu ngomong apa?”
Roby : “aku
sayang sama kamu Mo, aku serasa nemuin hati aku dalam dirimu, Mo. Kamu mau gak
jadi pacar aku? Aku gak tau kenapa gak dari dulu aja aku ngomong gini sama
kamu. Aku minta maaf dulu sering jutek sama kamu. ”
Ve, aan & Widy : (kaget)
Momo : (kaget) “apa
by?? Ta.. tapi gimana sama Ve??” (melihat ke arah Ve)
Roby : (bangkit)
(melihat ke arah Ve) “Ve, sory banget, aku gak bisa nerima kamu lagi. Tapi kita
kan masih bisa jadi temen deket kok.”
Leuvenia : (mendatangi
Roby & Momo) (menggenggam tangan Roby) “By, jujur aku memang belum bisa
ngelupain kamu, dan aku sadar aku banyak banget salah sama kamu, aku sayang
banget sama kamu, tapi aku sadar kalo cinta itu gak harus memiliki, asal kamu
bahagia, aku juga bahagia kok. Dan aku juga akan berusaha buka hatiku untuk
orang lain.”
Roby : “makasih
Ve. Kamu memang cewek yang baik, kamu pantes dapetin yang lebih baik dari aku.”
Roby : “jadi
gimana Mo, kamu mau gak jadi pacar aku?”
Momo :
(tersenyum) (menganggukkan kepala)
Roby : “beneran
Mo??”
Momo : “iya by.”
(tersenyum)
Roby : “Yes!
Yes! Yes!” (lompat-lompat)
Leuvenia : “selamat ya
Mo” (memeluk Momo)
Momo : “iya Ve,
makasih ya.”
Dhan :
(tersenyum)
Momo : “sini
Dhan.” (menarik tangan Dhan)
Dhan : “jaga
momo baik-baik ya By.”
Roby : “pasti
Dhan.”
Leuvenia : “pokoknya
kalian harus baik-baik dan langgeng terus ya.” (menyatukan Tangan Roby &
Momo)
Leuvenia : (tersenyum)
Dhan :
(tersenyum sambil memperhatikan Ve)
Momo : (berbisik)
“kamu suka ya sama si Ve?” (menyenggol pundak Dhan)
Dhan : “apaan
sih mo” (tersenyum sambil mengusap rambutnya)
Momo : “udah,
deketin aja” (mendorong Dhan)
Leuvenia : “aduh”
Dhan : “sory Ve”
Leuvenia : “gak pa-pa
kok Dhan.”
Roby, Momo & aan : “ciyeeee”
Di sudut lain.
Aan : “tu
Widy, Roby sama Momo aja udah jadian. Kita kapan?”
Widy : “jadian
aja tuh sama buku.” (meninggalkan Aan)
Akhirnya merekapun
saling menemukan orang yang benar-benar dicarinya. Dan seorang Pemuja Rahasia,
tetap menjadi Pemuja Rahasia untuk Momo.
***SELESAI***
Subscribe to:
Posts (Atom)